Blogger Widgets

counters

Jumat, 27 Februari 2015

"AKU DAN SASTRA" BAGIAN 1



CHAPTER 1

Sastra adalah bagian tak terpisahkan dari hidupku. Aku pecinta Sastra. Hari – hariku selalu dipenuhi dengan sastra. Sastra begitu memikat, menghipnotis pikiranku sehingga aku terjun ke dalam dunianya.

Sastra bagiku adalah sebuah karya agung, yang sulit terdefinisikan kata-katanya. bayangkan saja imajinasi yang muncul kemudian digoreskan itu tidak mudah untuk semua orang, dengan ukiran  kalimat yang sulit diterjemahkan, aku ingat kata Raditya Dika “ Janganlah kamu menjadi Penulis, karna menjadi Penulis itu banyak saingan”..

(Hahaha :P bang Radit ada – ada aja Yach )

Jujur aku suka baca buku, entah itu novel dan puisi – puisi Kahlil Gibran,,satu lagi tak ketinggalan Chairil Anwar sang pujangga Favoritku waktu aku masih SD – SMP . semua karya Chairil Anwar aku suka dengan binatang jalangnya.

Tapi, pas menginjak bangku kuliah, teman – temanku terkejut, mereka bahkan nyaris tak percaya, ketika jurusan yang aku pilih sangat jauh berbeda dengan hobyku sehari – hari. Yahhh... aku tahu Tuhan punya rahasia dibalik semua ini. TARBIYAH adalah jurusan di bangku kuliahku saat ini,entahlah !

Sebelumnya aku ingin menceritakan ini kepada kalian semua.

Dulu sebelum aku mendaftar di Kampusku yang skarang lebih dikenal dengan IAIN tepatnya di Kota Palu, aku memilih kampus yang jurusannya sesuai hobiku, satu hari sebelumnya aku mendaftar ditemani tanteku, ketika kami bertanya – tanya tentang jurusan Sastra,, ternyata kampusnya jauh dari perkotaan. Spontan tanteku kaget,,katanya “itu terlalu jauh untukmu,nak. Naik taxi dua kali malah.

Dalam hatiku ,,”wahhh...jangan2 modus nichh..biar aku ga’ kuliah,,tapi setelah berpikir untuk kesekian kalinya...benar juga yachh..”ntar kalo di culik sama sopir taxi,,trus dibawah ke Hutan,,,,(ahhhhh....pikiran yang konyol)
Esoknya, tanteku mulai mendaftarkan aku di salah satu Kampus yang tidak jauh beda dengan kampus pertama kalinya aku mendaftarkan. Aku pikir daripada aku ga’ kuliah mending jalanin aja. Padahal aku jebolan Pondok Pesantren,,tapi minat untuk masuk di kampus yang skarang aku kuliahin itu sumpah nggak pernah terbesit dalam pikiranku. Dan ternyata Tuhan punya maksud lain dari harapanku itu, Dia malah memberikan apa yang aku inginkan.
Hari pun berganti bulan, aku menjadi Mahasiswi dengan Background “Islamich Education”, lagi – lagi sastra telah ku tinggalkan.
Aku ingat, ibuku pernah cerita : bahwa ia ingin menjadi seorang guru. Tapi, sayangnya cita – cita itu terhambat dikarenakan ekonomi yang belum stabil. Dan sekarang akulah anaknya , yang akan meneruskan cita – cita itu. Walaupun sejak SD – SMA aku pernah bermimpi untuk jadi penulis yang budiman.

Bag. 2



CHAPTER 2

Pagiku sambut dengan kegelisahan hasil dari pikiran negatif yang beraduk dengan kegalauan yang tak kunjung padam.

Kali ini aku merindukan sosok diriku yang dulu, diriku yang selalu berkawan dengan pena dan kertas, diriku yang ketika berimajinasi menumpuhkan segalanya kedalam kertas. Diriku yang tak pernah mengenal DIA dan juga MEREKA. Kini semua bangkit dan diam meninggalkan jejak yang tak pernah terulang lagi.

Aku menginginkan diriku yang dulu. Kemana diriku...? aku lupa dengan hidupku. Hidupku yang dibesarkan oleh imajinasi  berkepingan yang tak tentu arah.

Sekarang aku, bukanlah aku yang dulu. Semuanya terlupakan ketika aku mulai sibuk dengan profesi baruku menjadi calon Guru Pendidikan Agama Islam dan meninggalkan sastra yang melahirkanku sebagai pecundang.

Untuk meraih apa yang aku inginkan tidaklah mudah, banyak tantangan dan hambatan yang kudapat di baris – baris jalan. Pasang surutnya kehidupan yang menebarkan puing – puing sisa kehidupan yang menyelubungi ketidakwarasankku.

“Apa yang ada dipikiranku saat ini ?”

“semuanya diam terpaku !”

Benda – benda disekelilingku terpana dan diam mengikuti perintah hatiku. Mereka menyaksikan sosok yang terhimpit disudut ruang menarikan sebuah telepon genggam. Mereka bisu ketika melihatku dalam keadaan kusut marut.

(yahh..karna aku baru bangun sekitar jam 07.45)

Sepertinya cuaca di pagi ini cukup mendung, sedari tadi aku menunggu matahari yang malasnya dua kali lipat dari kemalasan bangun pagiku, beranjak dari tempat tidur yang sederhana itu.

Tersadar aku bangkit dengan mengingat pena yang terpajang rapi di tempat pensilku. Tak tanggung – tanggung Diaryku juga ikut menyahut untuk dimanjakan , yah mereka berdualah teman sepanjang perjalanan hidupku. Mereka berdua yang selalu mengukir lembaran – lembaran ini.

Aku ingin menjadi seorang penulis yang tersohor. Seperti ka’ Andrea yang selalu melakoni Arai dan Ikal sebagai Tokoh pekerja keras dalam bermimpi. Seperti Bang Radit yang tiba – tiba bukunya best selling karena komik dan novelnya yang jenaka.

Sekarang dan selamanya darah ini mengalir untuk meneruskan kejiwaan yang tak pernah berhenti menjadi seorang penulis.

 

Date : 28 / 06/ 2013

Bag. 3



CHAPTER 3

 Malam minggu yang tak secerah minggu kemarin.

Dan malam minggu kali ini merupakan malam yang konyol. Sedikit kita bayangkan banyak anak mudah diluar sana yang sibuk nga-date dengan pacarnya. Yang jomblo ikut nimbrung di Parkiran biar dibilang lagi nunggu si do’i. Eehhh....padahal lagi nyari pasangan.

Sementara aku, sibuk ngurus tugas kampus yang sedemikian banyaknya menumpuk. Pasti kalian berpikir aku jomblo ?....itu SALAH. Masa’ cewek semanis aku ga’ punya pacar, MUSTAHIL....kan??? hehehe.....

Walaupun aku kuliah di kampus yang berlatar belakang ISLAMIC EDUCATION,,tapi aku kayak kalian loh masih merasakan warna – warni cinta, except, cewek yang abnormal yang ga’ suka cowok!

 Yahhh...sebetulnya aku lebih suka aja malam minggu di rumah ketimbang diluar sana,,!! Entah, aku pingin menghabiskan malam minggu dengan sastra. Sastra ibarat snack pengganjal perutku disaat aku lapar. Tapi dengan berjalannya waktu, aku mulai melupakannya.

Kini keseharianku mulai di sibukkan dengan RPP dan Silabus. Sastraku terbelenggu dalam ruang yang tak bercahaya. Aku berharap dia akan membangkitkanku kembali. Dan meneruskan imajinasi – imajinasi yang selalu terhenti di tengah kesibukanku.

~~~***~~~

Seperti halnya kalian yang selalu sibuk dengan aneka tugas kuliah. Aku juga suka menyibukkan diri, dari sibuk ng-gosip sampai sibuk memikirkan sesuatu yang tak pernah dijamah manusia. Bagaimana bisa menjadi seorang penulis, kalo dikit – dikit nulis,, macet alias terhenti. Apalagi kalo pacar sms nanyain “lg ngapain??”. Maka kesibukanku bertambah yaitu sibuk smsan sampe ibu jariku kribo, matapun mulai perih akibat radiasi HP...ini baru namanya syndrom kasmaran. Maklum anak seumuran jagung yang baru merasakan jatuh cinta. Sastrapun mulai ku abaikan.

Sesungguhnya untuk menjadi seorang penulis itu sangat mudah, asal kita punya kemauan, dan yang paling penting adalah kamu punya keahlian dalam bidang bahasa. Ntar gaya bahasanya ribet. Tapi, sejak kehadiran orang ketiga dalam hidupku, eittss,, jangan salah paham dulu,,,orang ketiga bukan berarti selingkuhan, orang ketiga yang ku maksud adalah orang yang berarti buat hidupku setelah mamaku. Maka aku mulai jarang nulis, baca novel, jarang mandi dan yang paling jarang aku lakukan yaitu jarang MAKAN sampe suatu ketika aku di diagnosa dokter mendapat penyakit magh.:(

Bag. 4



CHAPTER 4

Setelah 3 tahun berturut – turut menjadi seorang mahasiswa yang teladan, saking teladannya nilai ujian semesterku C,,ga’ usah aku sebutin mata kuliahnya apa? Malu ntar dosennya ngamuk....”itu karna kamu sering datang terlambat Vhika” (##nama disamarkan). Lah..trus hubungannya sama mata kuliahku apa? Masa’ cuman datang terlambat aja nilaiku sejelek itu”...anything problem!


Aku bersyukur selama kuliah di kampus IAIN, aku punya banyak teman yang beragam suku tapi bangsanya tetap sama. Aku punya sahabat yang selalu ngerti,care,dan selalu ada kalo aku dirundung masalah. Bahkan sampe nilaiku jelek mereka ngasih motivasi dan support untuk belajar terus jangan mudah terpengaruh dengan lingkungan.
Tersadar aku inilah roda kehidupan, karna ga’ semua orang selalu berada di atas terus, ada saatnya kita akan di bawah. Begitulah alur kehidupanku saat ini. Maka untuk memperbaiki segala kesalahan, kemalasanku yang tidak memperdulikan kuliah semenjak semester 3 dan 4. Aku sering mengabaikannya. Sama seperti sastra dia tak lagi ku jamah. Bahkan buku – buku bacaanku telah diselimuti abu. Hanya sesekali aku membersihkan mereka, membuka lembaran demi lembaran dan menutupnya kembali, diaryku pun telah kusam. Gambarnya mulai pudar dari yang biru mudah menjadi biru tua,,,tulisan – tulisan didalamnya telah luntur kemungkinan besar tinta pulpennya mengeluarkan air mata,karena selalu merindukan keberadaankku yang tak pernah kulihat dan ku baca.
Inilah akibat syndrom kasmaran, maka semuanya berubah total. Aku selalu terpengaruh dengan keadaan yang membawaku dalam ketidaksadaranku. Ternyata selama ini cinta membutakan pikiranku.
Kini aku bangkit kembali. Belajar dengan penuh semangat, tugas – tugas kampus kukerjakan tepat waktu, akhirnya pada semester berikutnya IP-ku melonjak naik. Rasa terharu pada diri sendiri dengan apa yang kuusahakan belakang ini. Maka selama dua tahun untuk meneruskan karyaku sedikit ku cancel. Aku makin sibuk dengan persiapan KKN-ku dan berbagai agenda lainnya.

BAG.5



CHAPTER 5
Menjelang semester Delapan aku mulai sibuk dengan skripsiku.
Hal yang paling menyedihkan ketika itu adalah berat badanku turun drastis. Aku ga’ tahu mungkin pengaruh stress dengan skripsi, yang jelas badanku kembali kurus setelah aku mengalami penderitaan selama dua bulan akibat serangan Magh.
Setelah kembali dari KKN aku mulai sibuk dengan menyusun skripsi. Karena ujian proposal sudah depan mata. Aku menjalani semua itu dengan perlahan tapi tepat sesuai yang kurencanakan. Alhasil, ketika bulan Agustus kembalinya dari penelitian, aku menghadapi yang namanya ujian meja. Sidang Munaqsyah kali ini begitu berat. Tak banyak berharap lebih kepada Tuhan, yang penting bisa menjawab di depan dosen Penguji.
Alhamdulillah semuanya selesai dalam waktu stengah Jam. Walaupun sedikit bengkok menjawabnya..hehehe
Yupzz....dan yang kutunggu-tunggu yaitu Yudisium. Keesokan harinya pengumuman Yudisium, aku dan teman-temanku berharap cemas akan pengumuman hasil dari ujian skripsi kami sebelumnya. Setelah nama teman-temanku  dipanggil, tibalah namaku dan apa yang kuharapkan ternyata diluar prediksiku, “owwhh...rasanya dunia ini mau runtuh”,,,ohh..iya Yudisiumku AMAT BAIK. Ga’salah nich pak...???
Dalam hatiku mungkin karena pengaruh nilaiku “C” jadi, aku tak mendapat CUMLAUDE. Tak apalah inilah dari hasil kerja kerasku selama 4 tahun.
Pulang ke rumah dengan rasa bangga dan terharu, apalagi dijemput kakakku senanngya ga’ kebayang, karena aku dibawa jalan-jalan sepanjang Pasar. Hahaha...ga’ elit banget! :D
***~~~~***


Bulan September pun tiba!
Bulan ini adalah moment sakral buatku. Mengapa tidak?? Aku akan menjadi anak pertama yang buat bangga mamaku, meraih gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) itulah yang kuharapkan sejak aku kecil. Meskipun awalnya yang kuinginkan adalah  Sarjana Sastra. “But i know, the infinite have the good plan of me”. (cieeehhh..pake inggris segala)
Setelah nomor Alumniku disebutkan dan dipanggil namaku serta gelarnya..tiba-tiba kepalaku membesar, kenapa dosenku tiba-tiba berubah pikirannya yahh??? Predikatku CUMLAUDE...
Ya..Allah ini amazing banget mba’ bro!!! Ga’ mimpi,,,ga’ nyangka aja!!
Ah....rasa bangga, sebenarnya pas mau jabatan tangan sama Pak Rektor pingin nangis,, tapi takut ama bulu mata anti badaiku ntar lepas. Dan inilah yang bisa kuberikan untuk mamaku tersayang, keluargaku, dan calon imamku!!! Mereka cukup bangga padaku.
Setelah semuanya berakhir dan memperoleh ijazah S1. Aku pulang kampung dengan bekal ilmu baruku. Dan di kampung halaman tempat aku dilahirkan, aku mengabdi di sekolah menengah pertama. Sekolah yang dulu tempat aku menimbah ilmu, sekolah yang pernah mengajarkanku mencintai teman kelasku. Dan kini aku kembali dengan ilmu untuk adik-adiku.
Mungkin ini juga dari cita-citaku yang terpendam, pingin jadi penyair. Puji syukur Kepala Sekolah memberikan tanggung jawab dan kepercayaan untuk mengemban dua Mata Pelajaran sekaligus, yaitu Pendidikan Agama Islam yang memang jurusanku dan Bahasa Indonesia yaitu sesuai bakatku yang terpendam menjadi penyair dan penulis novel. Hehehe
Ending, dari semuanya kini aku menjalani profesi baruku menjadi guru Honorer di Sekolahku dulu. dan cita-citaku yang pertama telah kugapai. Lanjut menjadi istri untuk suamiku kelak dan seorang ibu untuk anak-anaku kelak. Amiin J
Tapi...guys jodohnya belum datang-datang.....!! L hmmmphh...sabar Vik,, yaah
Allright....see you next ..bye..bye. Tunggu kisah selanjutnya Yahhh!!! J