Pagiku sambut dengan kegelisahan hasil dari pikiran negatif yang beraduk
dengan kegalauan yang tak kunjung padam.
Kali ini aku merindukan sosok diriku yang dulu, diriku yang selalu
berkawan dengan pena dan kertas, diriku yang ketika berimajinasi menumpuhkan
segalanya kedalam kertas. Diriku yang tak pernah mengenal DIA dan juga MEREKA.
Kini semua bangkit dan diam meninggalkan jejak yang tak pernah terulang lagi.
Aku menginginkan diriku yang dulu. Kemana diriku...? aku lupa dengan
hidupku. Hidupku yang dibesarkan oleh imajinasiberkepingan yang tak tentu arah.
Sekarang aku, bukanlah aku yang dulu. Semuanya terlupakan ketika aku
mulai sibuk dengan profesi baruku menjadi calon Guru Pendidikan Agama Islam dan
meninggalkan sastra yang melahirkanku sebagai pecundang.
Untuk meraih apa yang aku inginkan tidaklah mudah,
banyak tantangan dan hambatan yang kudapat di baris – baris jalan. Pasang
surutnya kehidupan yang menebarkan puing – puing sisa kehidupan yang
menyelubungi ketidakwarasankku.
“Apa yang ada dipikiranku saat ini ?”
“semuanya diam terpaku !”
Benda – benda disekelilingku terpana dan diam mengikuti perintah hatiku.
Mereka menyaksikan sosok yang terhimpit disudut ruang menarikan sebuah telepon
genggam. Mereka bisu ketika melihatku dalam keadaan kusut marut.
(yahh..karna aku baru bangun sekitar jam 07.45)
Sepertinya cuaca di pagi ini cukup mendung, sedari tadi aku menunggu
matahari yang malasnya dua kali lipat dari kemalasan bangun pagiku, beranjak
dari tempat tidur yang sederhana itu.
Tersadar aku bangkit dengan mengingat pena yang terpajang rapi di tempat
pensilku. Tak tanggung – tanggung Diaryku juga ikut menyahut untuk dimanjakan ,
yah mereka berdualah teman sepanjang perjalanan hidupku. Mereka berdua yang
selalu mengukir lembaran – lembaran ini.
Aku ingin menjadi seorang penulis yang tersohor. Seperti ka’ Andrea yang
selalu melakoni Arai dan Ikal sebagai Tokoh pekerja keras dalam bermimpi.
Seperti Bang Radit yang tiba – tiba bukunya best selling karena komik dan
novelnya yang jenaka.
Sekarang dan selamanya darah ini mengalir untuk meneruskan kejiwaan yang
tak pernah berhenti menjadi seorang penulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar